Koordinator Wilayah IV Himpunan Mahasiswa Manajemen Indonesia (HMMI), Moh Nur Kholis Majid menyampaikan apresiasi atas keputusan Presiden Prabowo Subianto yang secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto.
Penganugerahan tersebut dilaksanakan dalam upacara kenegaraan di Istana Negara bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2025.
Moh Nur Kholis Majid menilai bahwa gelar tersebut merupakan bentuk penghormatan negara terhadap jasa besar Soeharto dalam membangun fondasi ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia khususnya petani pada masanya.
Menurutnya, kontribusi Soeharto tak dapat dilepaskan dari keberhasilan pemerintahannya dalam menstabilkan situasi nasional pasca-krisis politik dan ekonomi pada 1960-an, serta membawa Indonesia menuju masa pembangunan yang masif dan terarah.
“Bagi kami, pengakuan ini adalah bentuk keadilan sejarah. Soeharto telah menorehkan capaian luar biasa dalam bidang pertanian, infrastruktur, dan pendidikan. Ia berhasil menata pondasi ekonomi nasional yang bertahan hingga kini,” ujar Inong sapaan akrabnya
Soeharto dikenal luas sebagai arsitek pembangunan yang berhasil membawa Indonesia mencapai swasembada pangan pada 1980-an melalui program Bimas (Bimbingan Massal) dan Inmas (Intensifikasi Massal). Program tersebut disertai pembangunan jaringan irigasi besar seperti Jatiluhur di Jawa Barat, Kedungombo di Jawa Tengah, serta Karangkates dan Wonorejo di Jawa Timur. Hasilnya, produktivitas pertanian meningkat pesat, dan kesejahteraan petani membaik secara signifikan.
Selain pertanian, Soeharto juga memprakarsai pembangunan besar-besaran di sektor infrastruktur nasional. Jalan raya lintas Pulau Jawa dan Sumatera diperluas untuk menghubungkan pusat-pusat ekonomi daerah. Proyek-proyek monumental seperti Jalan Trans-Jawa, Trans-Sumatera, dan pembangunan waduk raksasa Gajah Mungkur, Saguling, serta Cirata menjadi simbol keberhasilan pembangunan Orde Baru dalam memperkuat konektivitas dan ketahanan energi.
Di bidang sosial, Soeharto memperluas akses pendidikan melalui program wajib belajar dan pendirian sekolah hingga ke pelosok desa. Melalui Yayasan Supersemar, ia memberikan beasiswa bagi pelajar berprestasi dari keluarga kurang mampu. Di sektor kesehatan, program pembangunan Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) di seluruh Indonesia menjadi tonggak pemerataan layanan kesehatan rakyat.
Meski begitu, Moh Nur Kholis Majid juga menegaskan pentingnya menilai Soeharto secara proporsional. Ia menyebut bahwa pengakuan atas jasa besar tidak berarti menutup mata terhadap berbagai catatan kelam pada masa pemerintahannya.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menilai sejarah secara utuh. Kritik perlu, tapi penghargaan terhadap jasa besar seorang pemimpin juga tidak boleh dihapus hanya karena perbedaan tafsir politik,” pungkasnya.

0 Comments