IKLAN KIERAHA NEWS

IKLAN KIERAHA NEWS

Masyarakat Kawasi Obi Halmahera Selatan Menolak Lupa Atas Tingginya Angka Ekonomi Maluku Utara

Kierahanews-Provinsi Maluku Utara mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi secara nasional pada 2025, mencapai 39,10 persen year-on-year pada triwulan III, terutama ditopang sektor pertambangan dan pengolahan nikel. Angka ini kerap dijadikan pemerintah pusat dan daerah sebagai bukti keberhasilan pembangunan.

Namun, di desa-desa seperti Kawasi, Kabupaten Halmahera Selatan, masyarakat masih menghadapi persoalan dasar kehidupan. Akses air bersih terbatas, fasilitas kesehatan minim, dan jalan rusak menjadi rutinitas harian. Mayoritas warga yang menggantungkan hidup pada pertanian dan perikanan merasakan dampak langsung aktivitas pertambangan: sungai tercemar, lahan produktif berkurang, dan pendapatan stagnan.

Data BPS menunjukkan, tingkat kemiskinan Maluku Utara per Maret 2025 sebesar 5,95 persen, setara 77 ribu penduduk, lebih rendah dari rata-rata nasional 8,47 persen. Namun, kesenjangan kesejahteraan di wilayah lingkar tambang tetap nyata.

Menurut Sahrun Imawan S. Kasim, kader HMI Komisariat Ekonomi Universitas Khairun, pertumbuhan tinggi tidak berarti jika manfaatnya tidak sampai ke masyarakat desa. “Pertumbuhan ekonomi hanya menjadi angka di atas kertas tanpa pemerataan. Pemerintah harus hadir di Kawasi dengan kebijakan yang menjawab persoalan riil masyarakat,” ujarnya.

Nurhayati (42), warga Kawasi, menyebut kualitas air sungai menurun dan tanaman pertanian rusak akibat aktivitas tambang. “Pendapatan kami sulit meningkat,” katanya.

Sahrun menekankan pemerintah perlu memperkuat pengawasan tambang, memastikan perusahaan mematuhi regulasi lingkungan, dan menghadirkan pembangunan yang merata. “Hanya dengan itu, masyarakat Desa Kawasi dapat merasakan pertumbuhan secara nyata, bukan sekadar statistik,” pungkasnya.

Kondisi ini menegaskan bahwa lonjakan ekonomi provinsi tidak otomatis menjamin kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan yang nyata harus terlihat dari kualitas hidup warga, bukan sekadar angka statistik yang menghiasi laporan resmi. Desa Kawasi menjadi bukti pahit bahwa pembangunan yang tidak merata bisa meninggalkan sebagian masyarakat di belakang.


Redaksi : Oies

Penulis : Sahrun Imawan

Post a Comment

0 Comments